BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama baha’i bagi sebagian orang
mukmin masih belum familiar, karna agam ini masih tergolong baru. Dari semua
agama besar di dunia, dapat dikatakan , agama Baha’i adalah yang paling bungsu.
Agama yang lahir di Iran ini baru muncul pada abad ke 19.
Banyak orang yang beranggapan bahwa
agama Baha’i merupakan gabungan dari tiga agama
yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Sebagian lagi mengatakan, agama Baha’i
merupakan salah satu sekte dalam Islam. Pendapat-pendapat ini bisa dimaklumi
karena didasarkan pada bentuk keyakinan ddan beberapa praktik keagamaan yang
dijalankan oleh pemeluk agama Baha’i. Selain itu, para pendiri Baha’i pada
awalnya sebagai penganut dari golongan syi’ah. Oleh karena itu, banyak
kemiripan antara agama Baha’i dengan Islam, meskipun pada prinsipnya tidak
sama.
Meskipun demikian, para pemeluk
agama Baha’i mengingkari keterkaitanya dengan agama apapun. Mereka mengklaim
bahwa Baha’i sebagai sebuah agama yang independen dan bersifat universal, bukan
sekte dari gama tetentu. Menurut ajaran agama Baha’i semua agama itu tunggal
dan berasal dari sumber yang sama.
Dalam sejarahnya agama Baha’i
didirikan oleh Mirza Ali Muhammad al-Syirazi (yang bergelar sang bab). Namun,
orang yang berperan besar terhadap perkembangan agama ini adalah bahaullah. Ia mengaku
sebagai pesuruh tuhan untuk mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan
manusia dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip –prinsip
keesaan tuhan. Oleh karena itu, semua agama harus menyesuaikan antara sains dan
pendidikan sehingga dapat memberikan satu tatanan perdamaian didunia mengakui
persamaan antar bangsa dan adanya kesempatan yang sama antara kaum laki-laki
dan wanita. Dengan demikian, dengan adanya makalh ini mari kita pelajari apa
itu agama Baha’i.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah lahirnya agama Baha’i?
2.
Siapa saja yang membawa ajaran agama Baha’i?
3.
Apa saja kitab suci agama Baha’i?
4.
Bagaimana sistem kepercayaan dalam agama Baha’i?
5.
Bagaimana praktik keagamaan dan ritual agama Baha’i?
6.
Apa saja tempat suci dan ibadah dalam agama Baha’i?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah lahirnya agama Baha’i.
2.
Untuk mengetahui tokoh yang membawa ajaran agama Baha’i.
3.
Untuk mengetahui kitab suci agama Baha’i.
4.
Untuk mengetahui sistem kepercayaan agama Baha’i.
5.
Untuk mengetahui praktik keagamaan dan ritual agama Baha’i.
6.
Untuk mengetahui tempat suci dan ibadah agama Baha’i.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH LAHIRNYA AGAMA BAHA’I
Sejarah lahirnya baha’i tidak dapat lepas dari nama Sayyid Ali
Muhammad dari Shiraz, Iran. Meskipun beberapa literatur menyebutkan nama
Bahaullah sebagai pendiri agama ini tetapi sebenarnya, agama ini di
deklarasikan pertama kali oleh Ali Muhammad. Pada tahun 1844 M di Iran, Ali
Muhammad berdakwah. Ali kemudian mendapat gelar suci “al-Baab”atau sang bab /
sang pintu hidayah.
Akan tetapi karen ajaranya dianggap sesat oleh pemerintah Iran saat
itu, sang bab diansingkan ke pegunungan Azerbaijan yang Mayoritas bersuku
kurdi. Di tempat pengasingan ini, ajaranya justru mendapat samabutan luar
biasa, namun, karena dianggap membahayakan syari’at Islam, Shah Iran memutuskan
menghukum mati sang bab pada 1850 di kota Tabriz. Kemudian, zenajahnya diambil oleh para pengikutnya dan dikuburkan
di haifa., palestina, sekarang masuk wilayah israel.
Setelah kematian Ali Muhammad, tampak kepemimpinan agama Baha’i
dipegang oleh Mirza Husein Ali (salah satu murid sang bab), seorang bangsawan
dari penguasa Shah Iran. Mirza inilah yang kemudian digelari Bahaullah karena
ia berjasa menyusun kitab suci dan merumuskan fondasi dasar kehidupan agama Baha’i.
Dari gelar itulah, nama agama Baha’i diambil.
Nasib yang tidak berbeda dialami oleh Bahaullah, meskipun ia tidak
sampai dihukum mati. Pada tahun 1860, diusir dan diasingkan ke Baghdad, Irak
setelah 5 tahun di tahan didalam penjara bawah tanah. Disinilah, Bahaullah
menyebarkan ajaran Baha’i melalui tulisan dan ceramah. Bahaullah di tangkap
oleh kesultanan Turki, tetapi masih diberi kebebasan menulis dan berhubungan
dengan para pengikutnya, termasuk mengirim surat kepada para pemimipin dunia.
Bahaullah kemudian di pindah ke Arce atau Akka, Palestina, dan ditahan selama
25 tahun sampai meninggal pada atahun1892.
Setelah itu kepemimpinan agama Baha’i dilanjutkan oleh putranya,
Abdul Baha. Akan tetapi ia juga bernasib sama dengan ayahnya, mendekam
dipenjara. Tahun 1908, Abdul Baha bebas dari penjara ketika kesultanan Turki
Utsmani runtuh akibat revolusi di Turki. Setelah keruntuhan Turki Utsmani,
daerah Haifa menjadi bagian negara Israel. Pada masa kepemimpinan Abdul Baha
ini, dibangun taman Haifa di Arce yang menjadi tempat suci dan kiblat umat
Baha’i. Ditempat itu, terdapat makam sang bab.
Sebelum meninggal dunia, Abdul Baha berwasiat bahwa kelak yang
menggantikan kedudukanya sebagai pemimpin umat Baha’i adalah cucu tetuanya,
yaitu Shoghi Effendi Rabbani.
Selepas Shoghi Effendi, umat Baha’i di bimbing oleh lembaga
internasional yang dinamakan Balai keadilan sedunia atau Baha’i International
Community (BIC). Sejak itu, agama Baha’i terus bekrmbang terutama di dunia
ketiga.
Meskipun agama Baha’i menyebar ke negara di dunia, namun tidak
semua agama mengakui keberadaan agama ini. Terdapat negara-negara yang melarang
ajaran agama Baha’i. Di negara tempat kelahiranya, Iran, agama ini justru
mendapatkan perlawanan keras. Bahkan banyak pengikut agama Baha’i yang di
eksekusi. Para pemimpin Islam di Iran menganggap agama Baha’i bukanlah agama
Independen, melainkan agama yang menyimpang dari ajaran Islam. Pada medio
1972-1998 saja, lebih dari 200 pengikut Baha’i di eksekusi.
Para ulama di Iran meminta agar penyebaran agama Baha’i dihentikan.
Mereka mengatakan, pengikut dan penyebar Baha’i merupakan musuh Allah Swt. Agar
ajaran ini tidak terus menyebar, sekolah dasar di Iran ditutup. Bahkan,
larangan agama ini dijadikan komoditas politik. Pemerintahan saat itu melarang
ajaran agama Baha’i melalui media massa.
Tidak hanya di Iran, pelanggaran terhadap agama Baha’i juga terjadi
di Mesir. Menurut hukum di Mesir sejak 1960, lembaga Baha’i dianggap ilegal.
Semua bentuk yang terkait dengan agama ini dibekukan. Seperti perpustakaan,
pemakaman, dan pusat-pusat kegiatan Baha’i disita oleh pemerintah. Pemerintah
Mesir telah mengeluarkan fatwa bahwa ajaran agama Baha’i telah menyimpang dan
murtad.
Pada 1990-an, masyarakat mesir penganut ajaran Baha’i juga tak bisa
mengurus KTP. Sebab, pemerintah Mesir hanya mengakui dua agama, yaitu Islam dan
Kristen. Padahal dalam KTP harus mencantumkan Identitas keagamaan. Akibatnya,
para penganut agama Baha’i tidak bisa mengurus dokumen-dokumen lainya, seperti
akta kelahiran, surat kematian, perkawinan atau perceraian, dan paspor.
Biasanya untuk menghindari itu agama para pengikut ajaran agama itu
berbohong dengan menuliskan agama Islam atau Kristen agar mendapat KTP. Sebab,
jika tidk ada dokumen mereka tidak bisa bekerja.
Meskipun beberapa pelarangan dilakukan oleh sejumlah negara, namun
hal itu tetap tidak mampu membendung perkembangan dan penyebaran agama Baha’i.
Terbukti, agama ini dapat menyebar ke banyak negara di dunia. Terutama
berkembang pesat di negara didunia ketiga.
B.
PEMBAWA AJARAN GAMA BAHA’I
1.
SAYYID ALI MUHAMMAD (Sang Bab)
Sayyid Ali Muhammad atau yang lebih dikenal dengan gelarnya Sang
Bab, dilahirkan tanggal 20 Oktober 1819 di shiraz, Iran. Ia berasal dari
keluarga terkemuka dan terpandang. Ayahnya meninggal dunia ketika Bab masih kecil,
setelah itu ia di asuh dan di besarkan oleh pamanya. Setelah dewasa, bekerja
bersama pamanya sebagai pedagang Bushier, sebuah kot di barat daya kota Shiraz.
Ketika berada di kota tersebut, ia menikah dan di karuniai seorang anak yang
bernama Ahmad, namun meninggal ketika masih bayi pada tahun sebelum Bab
mengumumkan dirinya sebagai qaim yang di janjikan.
Sekitar tahun 1840,
sang Bab tinggal selama satu tahun di kota suci Syi’ah dan Irak. Di tempat
inilah ia menjalin kontak langsung dengan Sayyid Kazim Rasyti, pemimpin madzhab
Syaikiyah semi ortodoks yang menekan gagasan esoteris.
Selanjutnya,
dikisahkan bahwa setelah Sayyid Khazim wafat pada awal tahun 1844, seorang
muridnya yang bernama Mulla Husein pergi ke sebuah masjid dan bermeditasi
selama 40 hari. Konon Mulla Husein kesana kemari mencari qaim yang telah
dijanjikan itu hingga akhirnya ia bertemu dengan Bab. Setelah keduanya
berbincang cukup lama, Bab menunjukan beberapa bukti bahwadirinyalah beliaulah
qaim yang di jajnikan ituhingga akhirnya ia bertemu kepada Mulla Husein, “wahai
kamu yang pertama beriman kepadaku, sesungguhnya akulah bab pintu tuhan, dan
kamulah babul bab, pintu dari segala pintu itu.”
Sejak itu, bab
mengumumkan bahwa dirinya adalah pembawa amanat baru dari tuhan, ia juga menyatakan
bahwa ia datang untuk membuka jalan bagi wahyu yang lebih besar lagi, yang
disebutnya “dia yang akan tuhan wujudkan”. Selanjutnya, bab mengajarkan
bahwabanyak tanda dan peristiwa-peristiwa yang ada di kitab suci harus di
mengerti dalam arti kias, bukan secara Harfiah. Ia melarang perbudakan dan
perkawinan sementara, yng pada waktu itu merupakan praktik yang banyak
dilakukan oleh penganut Syi’ah dan Iran.
Sejak itu ajaran
bab tumbuh dan berkembang dengan sangat pesat di semua kalangan di Iran. Akan
tetapi, ajaranya dilawan dengan keras baik oleh pemerintah maupun oleh pemimpin
agama. Akibatnya sang bab di tangkap dan
di penjarakan di benteng Mahku di pegunungan Azerbaijan. Di tempat tersebut,
hampir semua penduduknya bersifat Kurdi, yang di kira membenci orang Syi’ah.
Akan tetapi, tindakan itu tidak berhasil memadamkan api agama yang dibawa oleh
sang bab. Mereka justru sangat ramah dan menerima dengan baik ajaran yang
dibawa oleh sang bab.
Sebelum sang bab
meninggal, ia memilih dua muridnya sebagai pengganti, Subuh Azal dan Bahaullah,
untuk menjadi pendakwah. Namun, keduanya juga diusir dari Iran. Subuh Azal di
usir ke Siprus sedangkan Bahaullah ke Turki.
2.
MIRZA HUSEIN (Bahaullah)
Mirza Husein Ali yang kemudian lebih populer dengan sebutan
Bahaullah, lahir di desa Nur, Provinsi Mazandra, Iran pada 12 November 1817.
Ayahnya bernama Al-Mirzah Abbas an-Nuri, seorang pegawai di departemen keuangan
dikerajaan Iran (sebelum berdirinya republik islam Iran). Sang ayah memiliki
hubungan dekat dengan duta besar Iran untuk Rusia dikarenakan saudaranya
seorang juru tulis kepercayaan di kedutaan negeri beruang merah tersebut.
Adapun ibunya adalah Hanim Jani atau Khatim Jani, yang merupakan istri pertama
dari Abbas.
Husain merupakan
anak ke-3 dari 15 bersaudara. Pada masa kecilnya, ia tidak bersekolah di
sekolah resmi atau madrasah keagamaan tetentu. Ia hanya mendapatkan pendidikan
dari ayahnya di rumah. Setelah itu, ia berusaha sendiri mengkaji buku-buku
untuk menambah pengetahuanya. Ia sering membaca buku-buku sufi dan syi’ah,
terutama buku syiah islamiyah dan filsafat yunnani klasik. Selain itu, ia juga
banyak terpengaruh oleh pemikiran Budha dan Zoroaster.
Ketika muda Husain
bergabung dengan aliran Babiyah yang didirikan oleh sang bab. Ketika sang bab
dipenjara, husain juga termasuk salah seorang murid sang bab yang ikut
dipenjara. Akan tetapi, ia tidak di hukum mati bersama sang bab. Setelah sang
bab tewas di eksekusi mati, Husain mengklaim dirinya sebagai orang yang
diwarisi kepemimpinan oleh pendiri ajaran Babiyah ini. Mulailah orang-orang
menjadi pengikutnya kemudian memberi gelar Bahaullah (kemuliaan tuhan).
Meskipun tidak di
eksekusi mati, Husain kemudian di tahan di penjara bawah tanah Syiah-chal
(lubang hitam) di kota Teheran. Di penjara inilah, ia menerima permulaan dari
misi ilahinya sebagai” Dia yang akan Tuhan wujudkan” sebagaimana telah
diramalkan oleh sang bab. Bahaullah menceritakanya sebagai berikut:
“ suatu malam dalam
mimpi firman-firman yang luhur ini terdengar dari segenap penjuru,
sesungguhnya, kami akan menangkan Mu melalui Diri-Mu serta pena-Mu. Janganlah
kamu bersedih hati atas apa yang telah menimpa-Mu, dan janganlah takut pula,
sesbab kamu ada dalam keadaan selamat. Tak lama lagi tuhan akan membangkitkan
harta-harta bumi, orang-orang yang akan membantu-Mu melalui Diri-Mu dan melaui
nama-Mu, dengan mana Tuhan telah menghidupkan hati mereka yang mengenal Dia”.
Setelah cukup lama
mendekam di penjara di Teheran, Bahaullah diasingkan ke Baghdad, Irak. Dia
mengajarkanya ke masyarakat. Pada masa di kota Baghdad, lahir beberapa kitab
suci agama Baha’i yang penting, seperti Kalimat Tersembunyi, Tujuh Lembah, dan
kitab i-Iqan (Kitab keyakinan).
Setelah sekitar 10 tahun diasingkan
di Baghdad, ia kembali ke Konstantinopel atau Turki. Pada tahun 1863, saat
malam keberangkatanya, ia menyatakan kepada para pengikutnya sebagai orang yang
dijanjikan olh sang bab. Pernyataan ini terjadi di taman Ridwan, di dekat
Baghdad, dan sekarang setiap tahun oleh kaum Baha’i dengan suatu pesta. Sejak
itulah, agama ini dikenal sebagai agama Baha’i.
Malam itu Bahaullah juga mengajarkan
bahwa semua agama berasal dari tuhan dan mereka saling mengisi serta
melengkapi. Semua rasul dan nabi mengajarkan keesaan Tuhan dan mewujudkan cinta
Tuhan dalam kalbu-kalbu para hamba-Nya. Mereka telah mendidik umat manusia
secara berkesinambungan ke tingkat-tingkat yang lebih tinggi dalam perkembangan
jasmani dan rohani. Selain iti, ia juga menyatakan bahwa saatnya telah tiba
bagi setiap bangsa di dunia untuk menjadi anggota dari satu keluarga besar umat
manusia.
Setelah dipenjara dan kemudian di
bebaskan di barak pemerintahan Turki Utsmanidi kota Akka selama 2 tahun, ia
masih bisa menyebarkan ajaran-ajaranya tentang persatuan dan perdamaian dunia.
Saat itu Bahaullah menulis beberapa buku dan tulisan-tulisan. Salah satu
tulisan nya yang berisi tentang tujuan dan misinyadikirimkan kepada Paus di
Roma dan beberapa kepala negara di Dunia, serta meminta bantuan mereka dalam
meningkatkan perdamaian dunia.
Selama masa pengasingan di Akka,
Bahaullah telah berhasil menuliskan sebuah kitab yang kemudian menjadi kitab
suci agama Baha’i. Yaitu kitab suci I-Aqdas ( Kitab Tersuci ). Pada tanggal 29
Mei 1892, ia meninggal dunia di Bahji dekat Akka dalam usia 75 tahun. Sebelum
meninggal, ia berwasiat bahwa yang menjadi penerusnya adalah putra sulungnya,
yaitu Abdul Baha, sebagai suri teladan agama Baha’i, penafsir yang sah atau
tulisan sucinya, serta pemimipin agama Baha’i.
3.
ABDUL BAHA
Sebagaimana diwasiatkan oleh Bahaullah, kepemimpinan agama Baha’i
dilanjutkan oleh putranya, Abbas Effendi yang kemudian di kenal dengan Abdul
Baha. Setelah itu, Abdul Baha melanjutkan ajaran yang dirintis oleh ayahnya.
Hidupnya digunakan untuk melakukan
perjalanan ke beberapa negara di dunia, antara tahun 1911-1913, Abdul Baha
melakukan perjalan ke Mesir, Eropa dan Amerika. Ia mengumumkan misi ayahnya
mengenai perdamaian dan keadilan sosial kepada para umat semua agama.
Atas berbagai upayanya itu, pada tahun 1920, kerajaan inggris
menganugerahkan gelar kebangsawanan kepada Abdul Baha. Satu tahun berselang,
yaitu pada tahun 1912, ia meninggal dunia. Dalam surat wasiatnya, ia menunjuk
cucu tertuanya, Shoghi Effendi Rabbani, sebagai wali agama Baha’i sekaligus
penafsir ajaran agama ini.
4.
SHOGHI EFFENDI
Setelah meninggalnya Abdul Baha, kepemimpinan agama Baha’i di
lanjutkan oleh cucu laki-lakinya, yaitu Shoghi Effendi. Hingga wafat pada tahun
1957, ia berhasil menerjemahkan banyak tulisan suci Bahaullah dan Abdul Baha ke
dalam bahasa Inggris sekaligus menjelaskan makna dari tulisan-tulisan suci
tersebut. Selain itu, Shoghi Effendi juga membantu didirikanya lembaga-lembaga
masyarakat Baha’i yang berdasarkan pada ajaran pendahulunya di seluruh penjuru
dunia.
Setelah Shoghi
Effendi meninggal dunia, kepemimpinan agama Baha’i tidak lagi berdasarkan pada
keturunan Bahaullah, melainkan oleh seseorang yang dipilih dari berbagai
perkumpulan Baha’i di seluruh dunia . di dalam agama ini pun, tidak ada sekte
atau aliran.
C.
KITAB SUCI AGAMA BAHA’I
Dalam agama Baha’i, ada beberapa sumber ajaran yang dijadikan
pedoman hidup maupun pedoman dalam menjalankan ajaran agama. Misalnya,
buku-buku dan surat-surat yang ditulis Abdul Baha dan Shoghi Effendi. Adapun
kitab suci yang utama bagi agama ini
adalah kitab suci I-Aqdas (Kitab Tersuci), yang diturunkan di Akka, Israel.
Dan beberapa macam tulisan suci yang terdapat dalam agama Baha’i,
semuanya Masih tersimpan dengan baik. Inilah salah satu keunikan agama ini,
sebagian besar dari tulisan-tulisan suci dalam bentuk asli yang disahkan oleh
Bahaullah sendiri, sehingga tidak ada keraguan atas keaslianya.
Sebagian besar hukim yang ada dalam ajaran agama Baha’i terdapat
dalam kitab I-Aqdas. Akan tetapi, hukum-hukum itu akan diterapkan secara
bertahap sesuai dengan keadaan masyarakat. Beberapa hukum baha’i yang sudah
berlaku secara umum adalah:
1.
Senbahyang wajib Baha’i
2.
Membaca tulisan suci setiap hari
3.
Dilarang bergunjing dan memfinah
4.
Menjalankan puasa setiap tahun
5.
Dilarang meminum minuman beralkohol dan obat bius dilarang, kecuali
untuk perawatan medis
6.
Dilarang melakukan hubungan seksual diluar nikah, dan Homoseksual
7.
Dilarang berjudi
D.
SISTEM KEPERCAYAAN AGAMA BAHA’I
Kepercayaan dalam agama Baha’i di klaim mengikuti wahyu-wahyu Tuhan
yang diterima dan disampaikan oleh agama-agama sebelumnya. Menurut merea
ajaran-ajaran khas yang terdapat dalam agama Baha’i, di anggap Ilahiyah dalam
asal, ilmiah dalam metode, dan Humanistik dalam konsep. Mereka juga menjelaskan
wahyu dalam agama ini di katakan berkelanjutan dan progresif, tidak absolut,
tetapi relatif. Sebagaimana keyakinan dalam islam, nabi-nabi terdahulu
menyampaikan bahwa “ firman yang sama dan menyatakan kepercayaan yang sama”.
Oleh karena itu, pesan moralnya diyakini sama, meskipun mungkin ada perbedaan
dalam hal-hal yang tidak esensial sesuai dengan waktu dan tempat-tempat
tertentu. Kelompok menerima kesatuan fundanmental manusia (perwujudan Evolusi
sosial), yang tahap terakhir datangnya kedewasaan sosial yang akan datang”
tidak hanya penting, tetapi tidak terelakkan”.
Dari beberapa ulasan yang di nyatakan oleh Bahaullah, serta
berbagai penjelasan dari tulisan suci para pemimpin agama baha’i , berikut
sistem keyakinan yang diyakini oleh agama ini:
1.
Konsep tentang ketuhanan
Sebagaimana di nyatakan dalam kitab suci agama Baha’i Bahaullah menegaskan
bahwa agama Baha’i adalah agama Monoteis yang meyakini bahwa hanya ada satu
Tuhan, yaitu Tuhan Yang Maha Agung, Tuhan Yang Maha Esa, yang tekah mengirim
para Rasul dan nabi untuk membimbing manusia. Berdasarkan apa yang dikatakan
Bahaullah , umat Baha’i meyakini bahwa Tuhan adalah Dzat Yang Maha Esa. Dia-lah sang pencipta alam semesta
dan Dia besifat tidak terbatas, tak terhingga, dan maha kuasa. Dalam keyakinan
agama ini, tuhan tidak dapat dipahami, dan manusia tidak bisa sepenuhnya
memahamie realitas keilahian-Nya. Oleh karen itu, Tuhan telah memilih untuk
membuat diri-Nya dikenal oleh manusia melalui para rasul dan Nabi, seperti
Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan Bahaullah sendiri.
Menurut keyakinan agama baha’i, wahyu
ilahi adalah “ sabda Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu
serta membantu umat manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang
tertinggi. Maka dari uraian tersebut, dapat di simpulkan sebagai berikut:
a.
Agama Baha’i percaya dan meyakini bahwa hanya ada satu tuhan dan
semua yang di alam semesta ini diciptakan adalah milik-Nya.
b.
Tuhan Maha Kuasa, sempurna, dn memiliki pengetahuan lengkap tentang
kehidupan.
c.
Tuhan terlalu besar untuk selalu dipahami oleh pikiran manusia yang
terbatas.
d.
Pengetahuan tentang tuhan berarti pengetahuan tentang sifa-sifat
allah.
e.
Satu-satunya hal yang kita dapat benar-benar tahu tentang Allah itu
adalah bahwa allah itu ada.
2.
Konsep tentang agama
Dalam pandangan agama Baha’i, agama memiliki dua aspek, yaitu aspek
hakiki dan apek sementara. Aspek hakiki adalah ajaran-ajaran kerohanian yang
tidak berubah, sedangkan aspek sementara ialah peraturan-peraturan yang di
berikan sesuai dengan keperluan zamanya.
Agama Baha’i meyakini bahwa hanya
ada satu agam yang sejati, yang merupakan agama Allah. Keyakinan yang berdeba
yang kita lihat di dunia adalah pendekatan berbeda dari agama-agama itu. Sejak
awal, Bahaullah mengajarkan bahwa agama-agama besar di dunia adalah konsepsi
yang berbeda dan reaksiterhadap realitas ilahi yang sama.
Dalam berbagai pernyataanya,
Bahaullah maupun para pendiri agama Baha’i mengatakan bahwa tujuan agama adalah
untuk mewujudkan persatuan dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia. oleh
karena itu, para pengikut baha’i sangat
di anjurkan untuk saling menghormati dan mencintai, serta kerja sama diantara
pemeluk agama yang berbeda dan membantu terwujudnya masyarakat yang damai.
Itulah sebabnya masyarakat Baha’i aktif berperan di berbagai usaha serta
proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan
dan pemakaian terhadap agama-agama lain.
Jadi, untuk Baha’i, pandangan yang
berbeda dari tuhan yang dimiliki oleh berbagai agama merupakan hal yang paling
dekat bahwa budaya tertentu dan waktu bisa datang ke ide dari realitas mutlak
Allahdan membantu orang-orang dari budaya itu. Namun, ide-ide Allah yang tidak
seperti kenyataan yang benar dari Allah,
karena manusia tidak memiliki mental untuk memahamirealitas itu.
3.
Konsep tentang Manusia dan Etika
Di dalam agama Baha’i, disebutkan bahwa manusia adalah buah-buah
dari satu pohon dan daun-daun dari satu dahan. Meskipun berbeda satu sama lain
secara jasmani dan perasaan, serta memiliki bakat dan kemampuan yang
berbeda-beda, namun manusia tumbuh dari satu akar yang sama. Oleh karena itu,
semua manusia adalah satu keluarga manusia. Karena kedudukan manusia sma di
hadapan tuhan, maka agama Baha’i mengajarkan bahwa setiap manusia harus
diperlakukan dengan baik, serta saling menghargai dan menghormati.
Dalam upaya agar memperoleh moral yang tinggi, agama Baha’i
mengajrkan umatnya agar tidak menggunjing, berbohong, mencuri, dan berjudi.
Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini,
sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan mengarahkan mereka kepada
tuhan. Dengan cara tersebut, mereka akan lebih mampu mengabdipada umat manusia.
Untuk meraih terciptanya perdamaian dunia tersebut, agama juga
memberikan penekanan khusus dalam hal pendidikan. Terkait ini, Bahaullah
mengatakan bahwa manusia bisa diibaratkan sebagai tambang yang kaya dengan
permata-permata yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, pendidikan
universal menjadi asasbagi agama Baha’i dan menganjurkan semua keluarga untuk
mendidik anak-anaknya.
4.
Konsep tentang eskatologi
Dalam kepercayaan agama Baha’i, setiap manusia memiliki roh yang
kekal, meskipun manusia tidak sepenuhnya mampu memahami sifat rih tersebut.
Dalam kehidupan yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan hubungan rohaninya dengan Tuhan. Hubungan tersebut dapat dipelihara
dengan jalan mengenal Tuhan dan ajaran-ajaranya yang di wahyukan oleh para
rasul dan nabinya, seperti cinta kepada Tuhan, do’a, meditasi, puasa, disiplin,
moral, kebajikan-kebajikan ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, serta
pengabdian kepada umat manusia. Semua itu memungkinkan manusia untuk
megembangkan sifat-sifat rohaninya, yang merupakan pondasi bagi kebahagiaan
manusia serta kemajuan sosial, dan menyiapkan rohnya dalam kehidupan sesudah
mati.
Menurut agama Baha’i, saat kematian roh manusia akan melanjutkan
perjalanam dalam alam rohani. Sementara itu, terkait dengan surga dan neraka,
agama Baha’i mempercayai bahwa surga dan neraka bukanlah tempat, tetapi kondisi
dari jiwa, yang tiada lain adalah realitas manusia. Sifatnya, abadi dan terus
sesuai dengan keinginan tuhan, maka itulah surga. Sebaliknya, jika jiwa
manusiaadalah tuhan maka itulah neraka. Dengan demikian, penggambarn surga pada
agama lainhanya simbol, bukan yang sebenarnya. Jadi pada hakikatnya, agama ini
mengumumkan tidak percaya pada hari kiamat, surga dan neraka, dan setelah
perhitungan.
Ketika agama Baha’i berbicara tentang persatuan umat, maka yang
dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja, melainkan kehidupan dan
mati sekaligus. Dengan demikian, hidup dan mati saling berkaitan erat. Terkait
ini, Abdul Baha meyakini bahwa pandangan tersebut dihubungkan dengan kekuatan
istimewa para nabi dan orang-orang suci yang melihat ke dunia lain,
melambangkan adanya saling keterkaitan.
E.
PRAKTIK KEAGAMAAN DAN RITUAL AGAMA BAHA’I
Dalam ajaran agama Baha’i, sejarah keagamaan dipandang sebagai
suatu proses pendidikan bagi umat manusia melalui para utusan Tuhan, yang
disebut para “Perwujudan Tuhan”. Dalam hal ini, Bahaullah dianggap sebagai
Perwujudan Tuhan yang terbaru tersebut. Ia mengaku sebagai pendidik ilahi yang
telah dijanjikan bagi semua umat sebagaimana dinubuatkan dalam agama Kristen,
Islam, budha dan agama lainya.
Dalam misinya, agama Baha’i menyatakan bahwa agama ini beertujuan
meletakan pondasi bagi persatuan seluruh dunia, serta memulai suatu zaman
perdamaian dan keadilan, yang dipercaya oleh umat Baha’i pasti akan datang.
Selain berusaha mewujudkan perdamaian tersebut, para penganut agama
Baha’i diwajibkan melaksanakan beberapa praktik keagamaan. Tujuanya agar mereka
bisa menjadi umat yang baik, berbudi pekerti luhur, hingga pada akhirnya mampu
menciptakan perdamaian di dunia.
Berikut beberapa praktik keagamaan ataupun ibadah yang harus
dilaksanakan oleh umat Baha’i:
1.
Do’a atau Sembahyang
Dalam praktik keagamaan agama Baha’i doa merupakan unsur yang
sangat penting dan harus dilakukan setiap hari, biasanya di rumah. Kumpulan doa
telah diwariskan oleh Bahaullah dan Abdul Baha. Dalam agama ini, ada tiga macam
doa, salah satunya harus dijalankan setiap hari. Ketika berdoa, para penganut
baha’i harus ke Akka, Israel.
Dalam kepercayaan Baha’i, seorang berdoa dengan tujuan mendekatkan
diri kepada tuhan. Jadi, para pengikut umat tidak berdoa untuk mengubah keadaan.
Akan tetapi, doa yang mereka panjatkan memiliki maksud unrtuk mengubah diri
sendiri agar datang lebih dekat kepada Allah dam memuliakan-Nya. Dan tujuan
dari shalat atau sembahyang wajib adalah untuk menumbuhkan kerendahan hati dan
pengabdian.
Berikut cara umat Baha’i berdoa kepada tuhan yang maha esa:
1.
Meditasi, sebagaimana disebutkan dalam kitab sucinya, Bahaullah
megajarkan pengikitnya agara senantiasa bermeditasi setiap hari, berfikir
tentang apa yang mereka lakukan pada siang hari, dan pada tindakan mereka yang
layak. Dalam keyakinan agama ini, pintu pengetahuan yang lebih dalam dan
insprirasi dapat dibuka apabila mereka melakukan meditasi, tetapi mereka harus
menghindari takhayul saat melakukan meditasi.
2.
Shalat wajib, shalat wajib diajarkan oleh agama Baha’i ialah berdoa minimal satu kali dalam sehari.
Doa-doa tersebut telah diajarkan oleh Bahaullah sebagai sebuah kewajiban bagi
semua Baha’i dari usia 15 tahun ke atas. Setiap hari salah satu dari tiga
shalat wajib yang harus dilakukan ialah :
a.
Doa pendel dibacakan sekali setiap 24 jam antara siang dan matahari
terbenam.
b.
Doa menengah diucapkan tiga kali sehari, pagi, siang, malam hari.
c.
Doa panjang yang harus di bacakan sekali dalam keadaan kagum dan
hormat.
Sebelum melaksanakan shalat, seseorang harus berwudhu terlebih
dahulu. Doa atau shalat harus berwudhu terlebih dahulu. Doa atau shalat harus
dilakukan di tempat yang bersih dan menghadap ke gunung karmel, Akka,
Palestina. Hanya mereka yang sakit atau tua (lebih dari 70) dibebaskan dari
pelaksanaan ibadah, namun mereka harus membscs syst tertetu dari kitab suci
mereka sebanyak 95 kali selama periode 24 jam. Bagi orang yang berpergian dan
wanita selama periode menstruasi juga dibebaskan pelaksanaan ibadah. Membaca
doa satu sholat wajib sehari bukan satu-satunya bentuk doa, bahullah juga
mengajarkan bahwa hidup seseorang secara keselruhan harus bersoa dan hidup
dalam semabgat yang tepat.
2.
BERPUASA 17 HARI
Selain melaksnakan doa, umat Baha’i juga melaksanakan ibadah puasa.
Akan tetapi, puasa umat Baha’i berbeda hal nya dengan pusanya umat islam yang
melaksanakanya selama sebulan penuh. Kaum Baha’i hanya berpuasa 17 hari.
Pelaksanaan puasa dalam
Agama baha’i ialah setiap tahun sebelum datangnya tahun baru Baha’i. dalam
kalender barat, period ini terjadi antara tanggal 2 sampai 21 Maret. Puasa
dipandang sebagai period persipan spiritual dan regenerasi untuk tahun baru di
depan. Selain itu, puas merupakan sebuah latihan sebagai suatu disiplin untuk
jiwa. Mereka berpantang dari makanan sebagai simbol luar yang berpengaruh cepat
dengan spiritual. Dengn berpuasa, berarti mereka melakukan praktik menahan diri
( menjauhkan diri) dari semua selera tubuh dan lain sebagainya. Sehinnga,
mereka mampu berkonsentrasi pada diri sendiri sebagai makhluk soiritual dan
untuk mendektka diri kepada Allah. Puasa dipraktikan oleh semua nabi yang
dihormati oleh umat Baha’i.
Ada keringanan, bahkann
diperbolehkan tidak melaksanakan puasa bagi orang sakit, lanjut usia, anak
kecil, ibu hamil atau menyusui, wisatawan, dan mereka yang melakukan pekerjaan
fisik yang berat.
3.
PERNIKAHAN
Menurut agama Baha’i, pernikahan
bertujuan demi terciptaya keselarasan, persahabatan, dan persatuan. Dalam
ajaran agama ini, pernikahan merupakan benteng kesejahteraan dan keselamatan,
dan menempatkan lembaga keluarga sebagai pondasi struktur masyarakat manusia.
Bahaullah sangat memuji lembaga perkawinan dan menyatakanya sebagai perintah
abadi dari tuhan . perceraian di perbolehkan, tetapi hanya setelah pasangan
tinggal satu tahun berpisah, sambil mencoba enyelesaikan perselisihanya.
Di dalam kitab I-Aqdas Bahaullah
berkata, “menikahlah wahai orang-orang, agar muncul darimudia yang akan
mengingat daku diantara hamba-hambaku”.
Sebelum melaksanakan pernikahan, terdapat
beberapa syarat yang harys dipenuhi, diantaranya sbb:
a.
Kedua pasangan yang igin menikah harus saling mempelajari karakter
mereka dan saling mengenalsebelum mengambil keputusan untuk menikah. Ketika
mereka menikah, maksud mereka harus untuk mewujudkan ikatan yang kekal.
b.
Orang tua tidak boleh
memilihka jodoh bagi anak-anak mereka, tetapi, begitu dua orang memutuskan untuk
menikah,pasngan itu wajib mendapatkan persetujuan atau restu dari semua orang
tua, meskipun salah seorang dari pasangan itu tidak beragama Baha’i.
Apabila syarat tersebut sudah lengkap maka kedua calon mempelai
harus memberi thukan kepada majelis rohani setempat mengenai maksudnya agar
majelis rohani bisa mengirimkan wakil untuk menyaksikan pernikahan itu. Dengan
disakikan oleh bebrapa orang dari pihak pria dan beberapa orang dari pihak
wanita, keduanya harus mengucapkan kata-kataberikut.
“ kita semua seseungguhnya tunduk kan kehendak Tuhan”.
Setelah
itu, ria an wanita menjadi suami istri dan tanggal perkawinan di catat oleh
majelis rohani setempat.
4.
HARI-HARI BESAR
|
TANGGAL
|
HARI RAYA
|
|
21 Maret
|
Hari raya Naw-Ruz ( Tahun baru)
|
|
21 April
|
Hari Raya Ridwan pertama,
pengumuman Bahullah ( 1863 ) pukul 03.00 sore
|
|
29 April
|
Hari Raya Ridwan ke 9
|
|
02 Mei
|
Pengumuman Sang Bab ( 1844 ) 2 jam
11 menit setelah matahari terbenam pada tanggal 22 Mei atau hari lahir Abdul
Baha
|
|
29 Mei
|
Hari wafatnya Bahaullah (1892)
pukul 03.00
|
|
09 Juli
|
Kesyahidan Bab (1850) pada tengah
hari
|
|
20 Oktober
|
Hari lahirnya Sang Bab (1819)
|
|
12 November
|
Hari lahir Bahaullah (1817)
|
|
26 November
|
Hari perjanjian
|
|
28 November
|
Hari wafatnya Abdul Baha (1921)
pukul 01.00 pagi
|
|
26 Feb-1 Maret
|
Ayami-ha (hari-hari sisipan)
|
|
2-20 Maret
|
Puasa
|
F.
TEMPAT SUCI DAN IBADAH AGAMA BAHA’I
Tempat atau rumah agama Baha’i
dinamakan Mashrihiul Adhkar atau Tempat Terbit Ujian Kepada Tuhan. Tempat
ibadah ini digunakan untuk berdoa, meditasi, dan melantumkan ayat-ayat suci
Bha’i maupun agam-agama lain. Rumah agama baha’iterbuka bagi semua orang dari
semua agama.
Sampai sekarang diseluruh
dunia, terdapat 7 rumah ibadah Baha’i, yakni di New Delhi, Kampala,
Uganda, Frankfurt, Jerman, Wilmette,
Illinois, Amerika Serikat, Panama City, Panama Apia, Samoa Barat, dan Sidney
Australia. Di seluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi aka
didirikanya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan datang, setiap
masyarakat Baha’i setempat akan mempunyai rumah ibadaha sendiri.
Rumah ibadah yang pertama
kali dibangun adalah di kota Ashkhabad di Asia Tengah, saat itu masih menjadi
wilayah Rusia, yang selesai dibangun pada tahun 1908. Hingga tahun 1978,
bangunan itu menjadi tempat ibadah Baha’i, tetapi kemudan diambil alih
ollehpemerintah Sofiet. Sementra di bara, rumah ibadah pertama selesai pada
yahun 1953, yaitu di Wilmette, Illinois, AS.
Rumah ibadah Baha’i
dibagun atas dana yang berasal dari sumbangan penganut mereka yang ada di
seluruh dunia. Rumah ibadah ini d persembhkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.setiap
rumah yang di bangun bebas untuk memiliki rancanganya sendiri, yakni harus
mempunyai sembilan sisi dari sebuah kubah di tengahnya.
Menurut Bahaullah, rumah
ibadah agama Baha’i kelak akan berfungsi sebagai titik pusat kehidupan rohani
masyarakat. Dengan demikian, rumah ibadah agama ini berusaha mewujudkan konsep
perpaduan antara ibadah dan pengabdian sesuai dengan ajaran yang di sampaikan oleh
nabi mereka, Bahaullah.
Selain memiliki tempat
ibadah, agama Baha’i memiliki dua tempat yang sangat disucikan yaitu makam Sang
Bab di kota Haifa, Israel, dan makam Bahaullah di Kota Akka, juga di Israel,
sekitar 16 kilometer ke rah utara. Taman Baha’i yang terletak di Kota Haifa
berada di jantung kota, yang terdiri atas sebuah tangga dari 19 teras yang
luasnya sampai lereng utara Gunung Karnel. Setiap tingkatnya dihias secara
tersendiri. Beraneka tumbuhan dan pepohonan menghiasi taman gantung ini, mulai
dari pohon palem sampai bunga kembang sepatu.
Di tengah-tengah taman
tersebut, terdapat sebuh bangunan dengan kubah emas. Inilah makam Sang Bab
tokoh pertama dalam agama Baha’i. keindahan bangunan berornamen ini beserta
tamannya sudah terkenal di seluruh dunia.
Pintu masuk utama terletak
di dekat jalan Shifra. Pintu masuk ini memberikan akses ke kuil kubah emas dan
kebun-kebun luas yang bertingkat-tingkat dengan ukuran sama. Taman Baha’i
tersebut tutup saat hari suci Baha’i dan hari yang Kippur.
Sementara itu, makam
Bahaillah juga terdapat di sebuah taman besar dan ditata secara rapi yang
terletak di Akka, Israel. Selain makam Sang Bab dan Bahaullah , di sekitar
kawasan tersebut juga terdapat rumah-rumah dan tempat lain yang terkait dengan
pengasingan Bahaullah dan Abdul Baha. Tempat-tempat ini juga dianggap sebagai
tempat tanah suci oleh para penganit agama Baha’i.
Pada Juli 2008 taman
Baha’i di Haifa dan Akka tersubut tertulis dalam daftar warisan dunia UNESCO.
Ini merupakan bentuk pengakuan duniaInternasional terhadap nilai universal yang
luar biasa sebagai tempat suci dan tempat berziarah para pengikut Baha’i di
seluruh dunia.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam sejarahnya agama Baha’i didirikan oleh Mirza Ali Muhammad
al-Syirazi (yang bergelar sang bab). Namun, orang yang berperan besar terhadap
perkembangan agama ini adalah bahaullah. Ia mengaku sebagai pesuruh tuhan untuk
mewujudkan transformasi rohani dalam kehidupan manusia dan memperbarui
lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan prinsip –prinsip keesaan tuhan. Oleh
karena itu, semua agama harus menyesuaikan antara sains dan pendidikan sehingga
dapat memberikan satu tatanan perdamaian didunia mengakui persamaan antar
bangsa dan adanya kesempatan yang sama antara kaum laki-laki dan wanita.
Sejarah lahirnya baha’i tidak dapat lepas dari nama Sayyid Ali
Muhammad dari Shiraz, Iran. Meskipun beberapa literatur menyebutkan nama
Bahaullah sebagai pendiri agama ini tetapi sebenarnya, agama ini di
deklarasikan pertama kali oleh Ali Muhammad. Pada tahun 1844 M di Iran, Ali
Muhammad berdakwah. Ali kemudian mendapat gelar suci “al-Baab” atau sang bab /
sang pintu hidayah.
Akan tetapi karen ajaranya dianggap sesat oleh pemerintah Iran saat
itu, sang bab diansingkan ke pegunungan Azerbaijan yang Mayoritas bersuku kurdi.
Di tempat pengasingan ini, ajaranya justru mendapat smabutan luar biasa, namun,
karena dianggap membahayakan syari’at Islam, Shah Iran memutuskan menghukum
mati sang bab pada 1850 di kota Tabriz. Kemudian, zenajahnya diambil oleh para pengikutnya dan dikuburkan
di Haifa, palestina, sekarang masuk wilayah israel.
Setelah kematian Ali Muhammad, tampak kepemimpinan agama Baha’i
dipegang oleh Mirza Husein Ali (salah satu murid sang bab), seorang bangsawan
dari penguasa Shah Iran. Mirza inilah yang kemudian digelari Bahaullah karena
ia berjasa menyusun kitab suci dan merumuskan fondasi dasar kehidupan agama
Baha’i. Dari gelar itulah, nama agama Baha’i diambil.
Oleh sebab itu, dengan dibuatnya makalah ini semoga mampu menambah
ilmu tentang agama Baha’i dan semoga bisa untuk dipelajari dan mudah untuk
memahaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Imron,
M. Ali.2015.Sejarah Terlengkap Agama-Agama di Dunia.Yogyakarta.IRCisod.
informasi menarik mengenai agama Baha'i
BalasHapus