Judul
buku : Islam dan Budaya
Lokal
Penulis : Khadziq
Cetakan
I : November 2009
Diterbitkan
oleh : Penerbit TERAS Komplek
POLRI Gowok D 2 No. 186
Nama
Mahasiswa : Nur Rohmah
Setiyaningtyas
NIM : 16120096
ISLAM DAN BUDAYA LOKAL
Islam adalah agama yang suci, turun
dari allah kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan malaikat jibril bersamaan
dengan diturunkanya kitab suci al-qur’an sebagai sumber utama ajran islam.
Dengan mengacu pengertian tersebut jelaslah bahwa islam adalah satu, turun dari
tuhan yang satu (Allah yang maha Esa), melalui rasul yang satu (Muhammad SAW),
bersumber dari kitab suci yang tunggal (Al-Qur’an). Mudah kita temukan aneka
perdebatan tentang ajaran Islam di masyarakat melalui para tokoh agama, demikian
pula dengan mudah kiat dapat saksikan aneka ragam cara pengamalan agama islam
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks seperti inilah muncul istilah Islam
Normatif (Islam yang asli dan murni dari Allah) dan islam historis (Islam yang
dipikirkan dan dipraktikan orang yang terpengaruh oleh dimensi ruang dan
waktu).
Islam normatif, siapapun tidak
dapat terlepas dari kitab suci islam, Al-Qur’an dan sumber islam kedua,
Al-Hadis. Berbagai bidang kehidupan manusia semuanya diatur dengan lengkap oleh
kitab suci Islam, yang disertai jaminan dari Allah bahwa Islam akan menjadi
jalan kebaikan. Islam diturunkan oleh allah untuk segenap umat manusia di
dunia, dan bagi siapapun yang tidak mau menerima, maka oleh Allah dijadikan
orang-orang yang merugi. Luasnya ajaran islam yang meliputi seluruh bidang
kehidupan dan kebutuhan umat mansia menjadikan pentingnya pembidangan aspek
ajaran Islam sebagai bahan kajian. Secara umum para ulama membagi ajaran islam
menjadi tiga aspek, yaitu aqidah, syariah, dam muamalah (akhlak).
Kalau islam yang Ideal, yang benar,
seperti yang diajarkan Nabi Muhammad SAW di sebut sebagai islam normatif, ,aka
islam seperti yang senyatanya terjadi dalam masyarakat itulah yang di sebut
dengan islam historis. Historis adalah bentukan kata sifat dari kata benda Historis.
Yang artinya sejarah atau menyejarah. Ada beberapa istilah yang lain
yang semakna dengan istilah islam historis, sebagai penyeimbang islam normatif.
Islam historis juga sering disebut dengan islam kontekstual, yaitu islam yang
nyata terjadi dan di amalkan oleh masyarakat, yang telah di sesuaikan konteks
diri maupun lingkunganya. Islam historis juga dapat di sebut sebagai islam Empiris, karena mengacu pada islam yang
nyata-nyata terjadi yang yng dapat di amati dalam masyarakat. Karena bersifat
empirisdan kontekstual, islam historis seperti yang nyata-nyata diamalkan oleh
masyarakat tidak muncul dengan tiba-tiba, melainkan ada konteks yang
melatarbelakangi. Salah satu benar pengalaman ajaran islam seseorang sangat
dipengaruhi ruang dan waktu yang mereka alami.
Bila islam normatif adalah islam
yang satu yang mutlak, maka islam historis adalah islam yang sangat beraneka
ragam. Sifat subjektifitas manusia melazimkan munculnya aneka ragam islam yang mengejawantah
dalam masyarakat. Keanekaragaman islam dalam praktik di masyarakatmuncul karena
berbagaikondisi ruang dan waktu dimana dan kapan islam dipahami dan diamalkan
oleh manusia. Awal munculnya historisitas islam adalah dalam tingkat pemikiran.
Ajaran islam otentik dalam al-Qur’an dan Al-hadis dibaca dan dipelajari oleh
manusia pemeluknya untuk diamalkan. Pemahaman seseorang tentang ajaran islam
secara keseluruhan itulah yang dimaksud sebagai hasil pemikiran islam.
Dalam kehidupan umat manusia
terdapat hubungan antara agama dam budaya. Agama atau religi adalah hubungan
antara manusia dengan yang maha kudus, dihayati sebagai hakikat bersifat gaib,
hubungan mana menyatakan diri dalam bentuk kultus serta ritus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu. Dalam tataran empiris agama terdiri dari berbagai
unsur pokok, yaitusistem kepercayaan kepada tuhan, sistem atruran daldm kitab
suci, sistem ritual dan simbol-simbol agama yang bersifat kebendaan. Semua itu
berfungsi sebagai unsur-unsur empiris atau nyata sebuah agama. Di dalam kajian
agama sering dibedakan antara agama samawi (langit) dengan agama ardli
(bumi-dunia). Baginya, agama samawi adalah ciptaan tuhan, sehingga bukan
kebudayaan. Sedangkan agama ardli adalah ciptaan manusia, sehingga termasuk
kebudayaan.
Sebagai konsekuensi logis dari
pengakuan atau keyakinan terhadap adanya tuhan, seseorang akan selalau berusaha
menjalin hubungan baik denga-Nya . keyakinan bahwa tuhan maha kuasa atas segala yang terjadi di alam semesta,
terlebih segala kejadian yang dialaminya, akan mendorong yang bersangkutan
untuk selalu menggantungkan hidupnya terhadap tuhan. Bentuk komunikasi kepada
tuhan adalah ibadah. Ibadah merupakan kominikasi “searah” seorang hamba manusia
kepada tuhanya sebagai tanda pengakuan atas kebesaran dan kekuasaan-Nya, sebagai
bentuk ketaatan kepada-Nya, dan terlebih penting adalh sebagi bentuk doa agar
tuhan selalu menyertainya dan memberi segala bentuk keselamatan selama
hidupnya.
Dalam menjalankanberbagai bentuk
ritual, setiap orang beragama membutuhkan sarana prasarana sebagai alat untuk
mencapai sebuah kesempurnaan di dalam beribadah tersebut. Aneka sesaji di dalam
ritual Hindu-Budha, binatang korban dalam beberapa agama adalah sebagian contoh
pentingnya sarana fisik sebuah aktifitas ibadah. Yang hampir mutlak di dalam
setiap ibadah umat beragama adalah pakaian dan tempat ibadah yang khas dalam
setiap agam. Barang-barang perlengkapan
demi terlaksananya aktivitas tersebut membutuhkan sebuah aktivitas pemenuhan
secara material, meski tidak menutup kemungkinan peranan supaya spiritual dalam
bentuk doa-doa mereka. Selain berfungsi sebagai alat kesempurnaan,
sarana-sarana tersebut juga bermakna simbolik. Simbol-simbol itu seringkali
menjadi identitas bagi keberagaman seseorang yang membedakan dengan keberagaman
orang lain.
Kebudayaan merupakan kata kajian
dari kata-kata dasar budaya. Budaya berasal dari kata budi-daya Yang asal
muasalnya dari bahasa sansakerta yang arti dalam bahasa indonesianya adalah
“daya-budi”. Oleh karena itu budaya secara harfiyah berarti hal-hal yang
berkaitan dengan fikiran dan hasil dari tenaga fikiran tersebut. Karena setiap
manusia berakal, budaya identik dengan manusia, sekaligus membedakanya dengan
makhluk hidup yang lain. Istilah kebudayaan sering berdekatan dengan istilah
peradaban. Peradaban berasal dari kata adab yang artinya sopan-santun, etika.
Kata ini sering dianggap berkebalikan dengan biadab yang bermakna tidak
mempunyai sopan-santun, liar, tidak beraturan. Kalau demikian peradaban berarti
hal tentang sopan-santun, hidup beraturan. Peradaban dapat diartkan sebagai
kebudayaan dalam level tinggi dari pada kehidupan liar. B. De Haan
mendefinisikan peradaban sebagai bidang kehidupan untuk kegunaan yang praktis.
Dengan rasa didalam dirinya,
manusia ingin selalu berhasil di dalam menempuh cita-citanya, ingin dihormati
dan dihargai, dan ingin disenangi oleh orang lain. Sidi Gazalba menyebutkan
kelebihan manusia dari makhluk yang lain adalah bahwa manusia itu mempunyai
jiwa, yang dari jiwa itulah yang akhirnya berkebudayaan. Jiwa manusialah yang
menyebabkan adanya kebudayaan. Di sinilah kebudayaan diartikan sebagai “tjara
berfikir dan tjara merasa, yang menjatakan diri dalam seluruh segi kehidupan
dari segolongan umat manusia jang membentuk kesatuan sosial, dalam satu ruang
dan suatu waktu”. Kebenaran rasional merupakan kebenaran yang berlandaskan
pemikiran yang logis dan sistematis. Kebenarn ini muncul sebagai jawaban atas
ketidakpuasan manusia akan kebenaran mitos. Cara berfikir logis dan sistematis
ini melahirkan filsafat dan orang yang intens dengan filsafat dan berfikir
seperti itu di sebut filosuf. Para filosuf sering diidentikan sebagai orang
yang melakukan kerja berfikir, sehingga kebenaran yang ditemukan oleh mereka
itulah yang disebutsebagai kebenaran rasional.
Oleh karna rasionalitas manusia berbeda-beda, maka wajar apabila
kebenaran itu juga relatif , seihngga menimbulkan ketidakpuasan manusia.
Puncak kompleksitas adalah
kenyataan bahwa setiap manusia sering mendefinisikan sendiri tuhan yang mereka
percayai seolah-olah didunia ini telah hadir begitu banyak Tuhan sesuatu yang
bertentangan dengan sifat Tuhan yang Maha Esa karena pengalaman masing-masing
manusia atau kelompok manusia ddalam berinteraksi dengan alam sekitarnya. Dalam
sejarah agama juga sering didapati adnya pembagian agama menjadi agama langit
(samawi) dan agama bumi (ardli). Agama samawi sering dihubungkan dengan sejarah
munculnya agama ini yang berhubungan dengan nabi atau rasul sebagai tokoh utama
sekaligus pembawanya. Di antara agama yang sering dimasukan dalam agama samawi
adalah islam, nasrani, yahudi. Selain ketiga agama tersebut sering dimasukan
dalam kelompok agama ardli. Agama jenis kedua ini di anggap sebagai hasil
pemikiran tokohnya sendiri, sebagai pencetus sebuah agama, seperti hindu,
budha, dan agama-agama yang lain, termasuk berbagai aliran kepercayaan yang
sangat banyak tumbuh di kalangan masyarakat. Hal ini menujukan bahwa dalam
praktik agama yang dapat dilihat dari berbagai bentuk peribadatan setiap orang
bragama seseorang beragama tidak dapat mempaskandari aspek kebudayaan
sehari-hari. Kebudayaan merupakan alat penunjang utama bagi terselenggaranya
sebuah praktik agama yang “sempurna”.
Antara agama dan budaya keduanya
sama-sama memekat pada diri seorang beragama dan di dalamnya sama-sama terdapat keterlibatan akal fikiran mereka.
Dari aspek keyakinan maupun aspek ibadah formal, praktik agama akan selalu
bersamaa, dan bahkan berinteraksi dengan budaya. Kebudayaan sangat berperan
penting di dalam terbentuknya sebuah praktik keagamaam bagi seseorang atau masyarakat.
Tidak hanya melahirkan macam-macam agama, kebudayaan inilah yang juga mempunyai
andil besar bagi terbentuknya aneka ragam praktik beragama dalam satu payung
agama yang sama.
ISLAM DAN BUDAYA
LOKAL
Untuk membahas budaya lokal ada dua
istilah yang sering mempunyai pengertian kabur, yaitu kebudayaan daerah dan
kebudayaan suku. Dalam bahasa sehari-hari istilsh kebudayasn lokal sering di
identikan dengan kebudayaan daerah. Menurut Sidi Gazalba, istilah kebudayaan
daerah urang tepat karns istilah daerah, ataupun pembagian daerahtidak ada
hubunganya dengan budaya. Batasan masyarakat yang mewakili budaya adalah suku
bangsa. Suku adalah golongan penduduk suatu daerah yang membentuk kesatuan
sosial, mempercayai bahwa mereka berasal dari satu keturunan dan memiliki
tanah, adat, bahasa, dan pemimipin bersama. Suku merupakan daerah kebudayaan.
Di dunia ini sangat banyak ragam agama, baik besar maupun kecil, atau apa yang
sering di sebut dengan agama-agama minorita, primitif. Islam, kristen/katolik,
dan yahudi merupakan tiga agama besar di dunia, yang hingga saat ini dianut
sebagian besar warga manusia di dunia. Islam sebagai salah satu agama besar di
dunia hingga kini mendominasi
agama-agama lain di Indonesia. Seperti agama-agama yang lain yang ada di dunia,
islam juga menitik beratkan sistem keprcayaan sebagai pokok ajaran. Dalam
islam, sistem kepercayaan atau keyakinan ini di sebut dengan aqidah. Dalam
bahsa arab kata aqidah bermakna sesuatu yang di ikat oleh hati dan jiwa
manusia, atau hal-hal yang diyakini dan dipatuhi manusia. Secara pengertian,
aqidah diartikan sebagai tashdiq (pembenaran) terhadap
sesuatu yang diyakini tanpa ada keraguan atau kebimbangan, semakna dengan kata
al-iman. Aqidah islamiyah adalah keyakinan yang teguh kepada allah,
beriman kepada malaikat-malaikatnya, rasul-rasulnya, kitab-kitabnya, hari
akhir, takdir baik maupun buruk. Hal-hal yang mesti diimani tersebut sering
dikenal dengan istilah rukun iman.
Aqidah merupakan keyakinan yang
harus di benarkan oleh hati, tenang bagi jiwa dan keyakinan yang tidak dapat
digoyahkan oleh keraguan atau bercampur dengan kebimbangan. Dari fondasi
keimanan atau aqidah yang kuat seorang muslim akan bertingkah laku sesuai
dengan ajaran yang ada, baik beribadha kepada Allah maupun berbuat baik kepada
sesama. Oleh karena meyakini bahw Allah adalah Tuhan yang Maha Kuasa, tempat
bergantung semuanya, maka sebagai konsekuensinya ia akan menjalankan ibadah
sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an. Dalam ajaran islam dikenal istilah
rukun islam. Konsep ini menunjuk pada ajaran ibadah yang harus dilakukan oleh
setiap orang islam. Syahadat sebagai ucapan penguat akidah amalan wajib setiap
orang masuk islam.
Islam dan budaya adalah dua hal yang niscaya hidup bersama
tanpa pertentangan. Istilah kebudayaan islam, peradaban islam juga menjadi
bukti pengakuan dikalangan umat islam sendiri tentang pentingnya kebudayaan dan
peradaban. Aneka kreasi jilbab, arsitektur masjid, tanda waktu sholat,
buku-buku islam, dan masih banyak lagi hasil kreasi umat islam menjadi bukti
konkrit pentingnya aspek kebudayaan dalam beragama. Akibat dari peran budaya
pula ketika muncul orang-orang yang menjadikan agama sekedar obat dalam
kesusahan dan menjadi tak bermakna ketika sedang senang.
Budaya Dan Agama
Dalam Dinamika Sejarah
Berkenaan dengan keterkaitan antara
agama dengan kebutuhan manusia terhadap agama sangat terkait dengan persoalan
jasmaniyah, yang bersifat alamiyah (natural). Ketika manusia percaya akan
datangnya hari akhirat, maka kontruksi akhirat dalam diri seseorang juga tidak
dapat terlepas dari pengetahuan dan pengalaman jasmaniyah. Secara jasmaniyah
manusia sebagai makhluk hidup senantiasa memenuhi kebutuhannya dari alam. Untuk
itulah mereka menggunakan pikiran sederhana bagaimana mendapatkan apa yang
dibutuhkan untuk hidup. Dalam diskusi sejarah budaya sering dikatakan bahwa
awal dari peradaban manusia adalah berburu dan meramu. Akan tetapi lambat laun
seiring dengan perubahan jaman pemikiran manusia terus berubah. Mengenai Agama
dan kondisi alam, dalam ilmu budaya di kenal adanya teori evolusi kebudayaan.
Teori ini beranggapan bahwa setiap kebudayaan mengalami evolusi, ia tumbuh dan
berkembang dari tingkat rendah ke tingkat tinggi, dari sederhan menjadi
kompleks
Dalam sejarahnya , islam telah
mengalami dinamika yang panjang sejak
masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang. Situasi naik turun telah terjadi
sepanjang sejaranyadi dalam berinteraksi dengan berbagai problem kemanusiaan.
Interaksi Antara Agama
Dan Budaya Lokal ( Akulturasi dan Asimilasi )
proses
akulturasi kebudayaan merupakan dampak dari kenyataan lain bahwa setiap
kebudayaan itu memiliki selalu mengalami persebaran atau difusi. Teori difusi
muncul salah satunya sebagai kritik terhadap teori evolusi yang mendasarkan
perubahan karena alam. Baik evolusi maupun difusisama-sama rumpun aliran historismus
dalam ilmu kebudayaan. Interaksi budaya, baik akulturasi maupun asimilasi bisa
terjadi dalam lingkup antar individu maupun antar kelompok. Dalam lingkup
individu, proses interaksi dalam bentuk komunikasi akan membentuk kesepakatan
bersama yang selajutnya dipakai bersama, bahkan menjadi pengikat antar sesama
mereka. Dalam hal ini dijelaskan pula fungsi agama bagi kehidupan individu dan fungsi
agama bagi masyarakat. Yang merupakan sesuatu yang pasti terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Maap min ...bukunya terbitan mana?
BalasHapus